Sebuah
cerita lama yang baru sempat saya tuangkan ke blog ini, sebuah cerita
tentang ketika saya berkesempatan untuk mengunjungi Banjarmasin, dan ini
untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Pulau Borneo tersebut.
Yess..dalam hati saya berfikir akhirnya kesempatan untuk melihat Pasar
Terapung
yang terkenal itu akhirnya jadi kenyataan, semenjak saya melihat Pasar
Terapung
di Kalimantan tersebut pada sebuah jargon TV swasta, saya berangan-angan
suatu
saat pengen kesana, pada tahun 2012, kesempatan itu menjadi kenyataan,
hahahaha…alhamdulilah.
Pertama dan utama sekali marilah kita bercerita tentang kota ini, Kota Banjarmasin adalah salah satu kota sekaligus merupakan ibu kota dari propinsi Kalimantan Selatan, Indonesia. Kota yang cukup padat ini termasuk salah satu kota besar di Indonesia, walau luasnya yang terkecil di Kalimantan. Kota yang dijuluki kota seribu sungai ini merupakan sebuah kota delta atau kota kepulauan sebab terdiri dari sedikitnya 25 buah pulau kecil (delta) yang merupakan bagian-bagian kota yang dipisahkan oleh sungai-sungai. Dalam bahasa Jawa, Banjarmasin berarti taman asin sedangkan sejarah Jawa Barat mencatat nama Banjarmasin berasal dari keluarga keraton Kerajaan Mahasin di Singapura yang mengungsi ke daerah Banjar karena serangan Sriwijaya kemudian berdirilah Kerajaan Banjar Mahasin, namun nama asli kota Banjarmasin adalah Banjar-Masih, pada tahun 1664 orang Belanda masih menulisnya Banjarmasch atau Banzjarmasch.Kota yang secara historis menjadi ibukotapropinsi Kalimantan sampai tahun 1957 ini memiliki Indeks persepsi kenyamanan 52.61 (th. 2009) meningkat menjadi 53.16 (th. 2011) walau masih di bawah rata-rata. Tahun 1942 Jepang menduduki kota ini, sebelumnya kolonial Belanda, menjadikan Banjarmasin sebagai ibukota Dutch-Borneo dan di bawah kekuasaan Inggris (Alexander Hare) dikenal sebagai British-Borneo.
Banjarmasin juga dikenal sebagai ladang tanah Gambut. Sebagian
besar wilayahnya terdiri dari jenis tanah ini serta jenis tanah lunak sehingga
agak sulit untuk melakukan pembangunan-pembangunan disebabkan oleh kedalaman
tanah lunak hingga mencapai 36 meter lebih. Oleh sebab itu, kebiasaan warga
disana untuk melakukan pembangunan pondasi dengan menggunakan kayu Galam bukan
dengan tiang seperti yang dilakukan pada umumnya di kota besar di Jawa. Karena
produksi kayu di hutan kalimantan cukup besar, maka banyak sekali
bangunan-bangunan disana yang memanfaatkan kayu sebagai bagian dari
pembangunan.
Menuju Banjarmasin, kami menggunakan masakapai yang terkenal
dengan delaynya , tapi alhamdulilah
flight kami ke Bandara Soekarno Hatta, ga delay,
lancar-lancar saja, menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, kami mendarat di
Soekarno Hatta, Cengkareng dan selanjutnya menuju Banjarmasin. Transitnya
sekitar 3 jam, waduh mau ngapain coba, ya membunuh waktu, cari-cari angin dan
makanlah diarea Bandara Sokerno-Hatta. Pukul 16.00 kami menuju Banjarmasin,
jarak tempuhnya Jakarta-Banjarmasin, kira-kira samalah seperti Jakarta-Padang, tapi
karena perbedaan waktu Indonesia Barat dan Tengah itu satu jam, kalau dilihat
jam tangan, jadinya hampir 3 jam.
Kami mendarat di Bandara Syamsoedin Noor Banjarmasin kira-kira
pukul 19.00 WITA, secara geografis Bandara ini terletak di daerah tetangganya Kota
Banjarmasin, yakni Kabupaten Banjar, dan akhirnya saya tau ternyata banjar itu
artinya sungai, pantasan daerah di Kalimantan banyak yang memakai banjar
sebagai nama daerahnya. Dari sini kami harus menempuh kurang lebih 1 jam lagi untuk
menuju Kota Banjarmasin, hari semakin malam, dan laparpun melanda, kami
memutuskan untuk santap malam di salah satu rumah makan padang,
hahahhaa,,jauh-jauh ke Kalimantan ujung-ujungnya makan di RM Padang juga,
hihihih,,tidak apa-apa,lidah orang Minang memang begitu, cinta masakan nenek
moyang.
Bandara Syamsoedin Noer Banjarmasin, kecil sih bandaranya,,, |
Sekitar pukul 22.00 WITA, kamiaAkhirnya sampe penginapan juga, dan saatnya istirahat, karena
harus siap stamina untuk keliling-keliling Banjarmasin dan sekitarnya, saatnya lalok (tidur-Minang)..zzzzzzzz
narsis dipenginapan.. |
Adapun tempat yang kami kunjungi selama di Banjarmasin diantarnya :
Jembatan Barito Banjarmasin
Jembatan
Barito terletak sekitar 15 kilometer dari Kota Banjarmasin. Dengan panjang
1.028 meter melintasi Sungai Barito selebar 800 meter dan Pulau Bakut selebar
200 meter. Jembatan Barito Banjarmasin
terdiri dari jembatan utama sepanjang 902 meter dan jembatan pendekat 180 meter
dengan lebar 10,37 meter. Jembatan ini menghubungkan tepi barat Sungai Barito,
yaitu Kecamatan Anjir Muara dan tepi timur, yaitu Kecamatan Alalak, sekaligus
akses jalan Trans kalimantan dari Banjarmasin menuju Palangkaraya dan
sebaliknya. Lalu, dengan ketinggian ruang bebas jembatan utama 15-18 meter,
jembatan ini dapat digunakan untuk lalu lintas perairan seperti Kapal Tongkang.
Sejak
diresmikan 23 April 1997 oleh Presiden Soeharto, masyarakat sangat mengandalkan
jalur transportasi dari jembatan ini karena sebelumnya harus menggunakan boat
atau kapal motor untuk menyeberang Sungai Barito dan Pulau Bakut. Oleh karena
itu, Jembatan Barito sering disebut pula Jembatan Pulau Bakut, sesuai nama
pulau kecil yang ada di bawahnya.
Pada
kedua sisi jembatan terdapat trotoar selebar 1,5 meter dengan ketinggian
sekitar satu meter yang dapat digunakan sebagai tempat yang aman untuk melihat
keindahan Sungai Barito dari atas jembatan. Selain itu, bagi yang menyukai
fotografi, beberapa pemandangan alam yang cantik dan momen matahari terbit,
matahari tenggelam, bekantan di Pulau Bakut dan kapal pengangkut batubara yang
lewat di bawah jembatan dapat diabadikan dari atas jembatan tersebut. Sebaiknya
Anda membawa lensa tele atau gadget dengan fasilitas zoom, sehingga mendapatkan
hasil foto yang bagus.
Sebenarnya sih untuk saya yang orang Sumbar yang terkenal dengan
keindahan alamnya, pemandangan yang disuguhkan disini serta jembatannya biasa-biasa saja, ya mungkin
karena promosi yang luar biasa dari pemerintah setempat, gaung Jembatan Barito
memang menggema kemana-mana, ya namanya juga udah nyampe di Banjarmasin, saying
juga kalau ga kesini. setuju ga ? setuju ajalah ya…
Pasar Terapung
Nah ini dia nih, yang bikin mupeng di Banjarmasin, Pasar Terapung. Kata orang-orang disana pasar ini adanya pagi sampe pukul 08.00 aja, jadi abis sholat subuh kami udah keluar dari penginapan untuk menuju Sungai Barito menuju pasar terapung yang masuk dalam wilayah Desa Kuin, Banjarmasin Utara. Menuju Pasar Terapung ini kita harus pagi-pagi datangnya ke pelabuhan di Desa Kuin Utara atau tepatnya berada di depan Masjid Sultan Suriansyah. Nah menuju Pasar Terapungnya itu menggunakan perahun bermesin dengan maksimal 10 penumpang.
Narsis Di Barito |
Dinamakan pasar terapung, ya karena memang transaksi jual beli
dilakukan diperahu yang berukuran kecil dan sedang. Adapun barang-barang yang
dijual hampir sama dengan yang didaratan, seperti ikan, sayur mayor,
buah-buahan, trus ada juga yang jual kopi, teh, berbagai macam makanan untuk
sarapan pagi.
Sebenarnya agak geli juga sih makan disana, karena semua aktifitas
dilakukan diatas sungai, eh tapi sebenarnya aman kok, buktinya orang-orang
disana sehat-sehat saja, disana kami mencoba belaanja beli buah-buahan aja,
kebetulan lagi musim mangga, jam setengah tujuh pagi sarapan mangga, anti
mainstream..
Sarapan Mangga Pagi-Pagi, anti biasa,,, |
Saat ini, pasar terapung telah menjadi salah satu tempat wisata di
Banjarmasin yang paling banyak dikunjungi wisatawan. Dahulu, yang terjadi di
sini adalah barter atau saling tukar barang tanpa menggunakan uang. Meskipun
sekarang sudah menggunakan uang sebagai alat tukarnya, namun ada beberapa yang
masih melakukan barter barang. Yang menarik di pasar terapung ini adalah adanya
tongkat dengan ujung kawat untuk mengambil barang yang dibeli karena sulitnya mendekatkan
perahu yang dinaiki, karena kadang arus sungai membuat perahu terombang ambing
dan membuat penjual dan pembeli susah mendekat.
Selama perjalananan disungai yang menarik perhatian saya adalah
sungai benar-benar mempunyai arti penting bagi orang Banjarmasin, tidak hanya
sebagai sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan, sungai menjadi urat nadi
masyarakat disana, sebagai lalu lintas, tempat aktifitas sehari-hari, dsb.
Kalau kita biasanya mungkin beli kendaraan seperti motor atau mobil buat
menunjang aktifitas sehari-hari, disini kayaknya masyarakat beli perahu atau
kapal, semakin canggih kapalnya, semakin kaya juga mereka sepertinya. Hal unik
lainnya yang saya temui adalah cara memakai kain bagi para wanita ketika mandi
disungai, katanya kalau ibu-ibu atau emak-emak makai kain buat mandi diikatkan
sedada (kaya tanktop), kalau gadis ikat kainnya sebelah kiri, tapi kalau
ngeliat perempuan mandi ikat kainnya sebelah kanan, itu katanya janda. Ada juga
nih yang keunikan lainnya, kalau halte dijalan raya, itu mah biasa ya, kalau
disini haltenya diatas sungai, nah dihalte inilah anak-anak nunggu angkot eh
perahu buat pergi sekolah, hihihihi,,seru kayaknya, tapi kalau soal lalu lintas
airnya juga mantap kok, banyak rambu-rambunya, kayak dijalan raya., kayaknya
ada polisi air dongnya yang bertugas untuk lalu lintas nya, tapi waktu itu saya
tidak menjumpai sih.
Jangan Sampai Salah Belok Ya, Perhatikan ada Rambu,,,, |
Mushalla di Sungai Barito |
Pasar Batu Akik Martapura
Pasar intan ini berada di Jalan Ahmad Yani, Martapura, atau
sekitar 45 km dari pusat kota Banjarmasin. Pasar ini menjadi tempat wisata yang
tepat bagi penggemar batu permata. Martapura dikenal sebagai kota dengan hasil
tambang batu permata terbesar di Indonesia. Batu permata di sini memiliki
kualitas yang baik.
Di pasar ini, terdapat sekitar 87 toko batu permata. Selain
membelinya dalam bentuk batuan, Anda juga bisa membeli batu permata yang telah
diolah menjadi berbagai bentuk seperti kalung, gelang, cincin dan juga bros.
pengunjung pasar ini bukan hanya wisatawan domestik, banyak wisatawan tidak
hanya dari Indonesia, juga banyak yang dating dari luar negeri.
Pusat Kuliner Tepi Sungai
Katanya jika Jika ingin menikmati kuliner khas Banjarmasin di satu
tempat, Anda bisa datang ke pusat kuliner Banjarmasin yang berada di Jalan Pos
yang menghubungkan antara Jalan Sudirman dan Jalan Hasanudin.Di jalan sepanjang
300 meter ini, terdapat sekitar 52 kios makanan yang menjual aneka kuliner khas
Banjarmasin seperti laksa, nasi kuning, soto Banjar dan lupis. Selain itu, ada
nasi goreng sebagai hidangan nasional dan juga kuliner dari daerah lain seperti
masakan Padang dan Palembang. Kami memasuki salah tempat makan khas banjar,
lupa tepi sungai apa, yang pasti disana kami mencoba nikmati soto banjarnya,
mantap dah…
Wajah-Wajah Lelah Setelah Menelusuri Pasar Terapung |
Beberapa hari di Banjarmasin lumayanlah menghilangkan stress dari
kesibukan kantor, dan sebelum kembali ke Sumbar, oleh-oleh jangan lupa ya,
macam-macam nih oleh Banjarmasin, selain ada batu akik, disini juga terkenal
dengan minyak bulusnya, katanya sih mantap buat itu,,hahah, juga ada batik
sasirangan, kerupuk kemplang, belanja selesai, saatnya pulang, selamat tinggal
Kalimantan..
1 komentar:
negeri 1000derita batubara
Post a Comment