Penyiar,
sebuah profesi yang unik kalau dibandingkan dengan profesi-profesi yang lain,
bermodalkan suara dan kelihaian berbicara didepan microphone tentunya ini sudah
menjadi modal awal untuk teman-teman yang ingin terjun kedunia kepenyiaran. Banyak
yang nanya susah tidak ya menjadi seorang penyiar? kalau pertanyaannya
gini jawabannya relatif ya, menjadi
penyiar itu susah-susah gampanglah, dibilang susah? saya rasa tidak juga,
dibilang susah, ya juga engga, tergantung bagaimana seseorang melihat dari
sudut pandang yang mana.
Buat yang
mau menenggalamkan diri dalam dunia ini, yuk mari kita bahas sedikit mengenai broadcasting,
dari beberapa sumber yang saya sarikan broadcasting (dalam bahasa Indonesia
adalah kepenyiaran) yang pertama memiliki makna yakni proses menyampaikan
siaran melalui perangkat elektronika yang dinamakan pemancar atau transmitter
untuk kemudian diterima oleh sipenerima siaran, makna lain broadcasting adalah
distribusi audio dan atau video yang mengirimkan sinyal program untuk penonton
atau pendengar. Secara garis besar broadcasting dapat dibedakan menjadi 2 yakni
broadcasting radio dan broadcasting televisi.
Lalu seperti
apa hubungannya dengan penyiar? hubungannya jelas banyak, banyak banget,
penyiar menjadi ujung tombak sebuah radio atau televisi untuk menyampaikan
pesan yang ingin didistribusikan,walau jabatan penyiar menurut saya berada
dalam deret paling bawah dalam sebuah organisasi radio atau televisi, tapi
penyiar memegang peranan paling penting serta sebagai garda terdepan bagaimana
“image” radio atau televisi itu dimata orang banyak.
Nah kalau
penyiar sudah menjadi “image” sebuah media elektronik ( dalam hal ini saya akan
bahas media radio ), tentunya yang mengisi jabatan penyiar ini tidak sembarang
orang, adalah orang-orang yang sesuai dengan karakter radio tersebut, tentunya
pihak radio ga mau dong main comot aja sembarang orang untuk diletakkan
diposisi ini, itu sama saja dengan bunuh diri ya, hah,,berlebihan banget nih
istilahnya, ya kira-kira begitulah, tentunya pemangku kepentingan diradio ga
mau kalau radio yang mereka jalankan diisi sama penyiar yang tidak sesuai
dengan karakter radio mereka atau penyiar-penyiar yang tidak memiliki karakter
untuk dipekerjakan.
Pasal
pertama kawan-kawan harus punya “passion” terhadap dunia broadcasting, ketika
teman-teman sudah memiliki ketertarikan dengan dunia ini, proses selanjutnya
adalah belajar serta menggali ilmu seiring berjalannya waktu, mungkin
teman-teman beranggapan penyiar harus memiliki suara yang bagus atau berfikiran
penyiar itu harus memiliki suara yang gede gitu ya, itu sih dulu gaes,,zaman
dahulu kala banget, kalau ga salah ketika 1 emas itu harganya masih puluhan
atau ratusan ribu, lah sekarang 1 emas udah sejuta lebih, wajar dong paradigma
ini juga berubah, artinya menurut pengalaman saya sih penyiar tidak harus
bersuara keren seperti penyanyi, terus kalau zaman dahulu jadi penyiar itu
harus sempurna pengucapannya alias tidak boleh cadel, kalau sekarang mah itu ga
jadi keharusan, malahan banyak kok sekarang penyiar-penyiar radio yang cadel,
tidak bisa menyebut huruf “r” secara sempurna, tapi mereka kehadiran mereka
tetap dinanti, justru itu menjadi daya jual untuk pendengar dan tentunya
menjadi ciri khas bagi penyiar bersangkutan.
Gimana
teman-teman, coba tanya sama diri teman-teman, tertarik ga?? cara deteksi
teman-teman tertarik atau ngga nya sih gampang, misalnya teman-teman suka tidak
dengar radio? suka tidak denger penyiarnya cuap-cuap, kalau suka berarti
teman-teman telah memiliki modal awal untuk terjun kedunia broadcasting ini, so
tertarik?? let be a broadcaster..
0 komentar:
Post a Comment